Senin, 19 Mei 2008

HAMPA

--chairil anwar--

(kepada sri)

Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti. Menanti. Menanti.
Sepi.
Tambah ini menanti jadi mencekik
Memberat-mencekung punda
Sampai binasa segala. Belum apa-apa
Udara bertuba. Setan bertempik
Ini sepi terus ada. Dan menanti.

***

Mungkin bukan hanya sepi. Tapi gw juga marah dan sakit hati! Kenapa? gw juga ngga tahu masalahnya apa. Siapapun, orang yang bodoh sekalipun pasti bisa membaca situasi ini. Tapi gw terlalu naif dan tolol untuk berharap semua bakal baik-baik lagi.
Oke, jadi semua ngga bakal kembali kayak dulu. Yang jelas, apa yang udah gw laluin, patut di syukuri. Suatu saat, gw yakin bakal membaik. Tapi ngga tahu dengan hati gw. Kamu -ya kamu...- mungkin harus belajar tentang menjaga perasaan orang lain. Terlebih, jika temen itu menganggap kamu penting, berarti dan bagian dari hidupnya.
Ibarat kayu yang dipaku, walau pakunya telah dicabut, pasti akan meninggalkan bekas. Tapi, apapun alasan kamu, itu hak kamu. Semoga Tuhan bakal menunjukkan kepada kamu, kalo gw memaafkan dan iklas. Apapun alasan kamu...dan kemudian gw sedih, sepi.

Tidak ada komentar: